KERUCUT PENGALAMAN EDGAR DALE
Berdasarkan pada piramida pembelajaran Dale atau dalam
bahasa inggris lebih dikenal dengan dengan Cone of Experience oleh Edgar Dale
(1946) diatas, pada sisi kanan piramida pembelajaran menunjukkan kemampuan yang
akan siswa dapatkan yang relatif terhadap jenis kegiatan atau tingkatan
kegiatan yang mereka lakukan (seperti membaca, mendengar, melihat, dan yang
lainnya). Sedangkan angka-angka persentase di sisi kiri piramida menunjukkan
seberapa besar umumnya seseorang dapat mengingat dan memahami sesuatu sesuai
dengan tingkatan jenis kegiatan yang mereka lakukan. Berdasarkan tingkatan
kegiatan diatas maka didapatkan pengalaman sebagai berikut :
1. Lambang kata
Pengalaman ini diperoleh dalam buku/
bahan bacaan.Pada tingkat ini
kata-kata merupakan alat informasi yang utama. Pada tingkat ini, guru
menyampaikan informasi kepada anak didik hanya dengan berbicara (verbalisme).
Keterbatasan komunikasi dengan kata-kata
sering menimbulkan kesulitan dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada anak
didik. Kadang-kadang guru tidak sadar terus berkata-kata tanpa memperhatikan
murid sehingga murid menjadi pasif.
Hambatan- hambatan
komunikasi yang ditemui dalam proses
belajar mengajar antara lain:
ü
Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata atau
lisan. Di sini yang aktif hanya guru,
sedangkan murid lebih bersifat pasif, dan komunikasi hanya bersifat satu arah.
ü
Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid tidak terpusat pada
informasi yang disampaikan guru.
ü
Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan berbeda daya tangkap murid,
sehingga sering terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
ü
Tidak adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa
yang disampaikan oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan.
ü
Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang
bervariasi, sehingga penyampaian yang menoton menyebabkan timbulmya kebosanan
pada murid.
ü
Keadaan fisik dan lingkungan yang menganggu, misalnya objek yang terlalu
besar atau terlalu kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
ü
Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti
pelajaran disebabkan kesalahan memilih teknik komunikasi.
2. Lambang visual
Di dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media
pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-
pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima
pesan.kemudian media dapat di bagi dalam berbagai macam,salah satunya adalah
media visual. Media visual merupakan penyampaian pesan atau informasi secara
teknik dan kreatif yang mana menampilkan gambar, grafik serta tata dan letaknya
jelas,sehingga peneria pesan dan gagasan dapat diterima sasaran.Pengalaman
melalui pendengaran,
pengalaman ini dapat diperoleh dengan mendengarkan seseorang, baik secara langsung, melalui
radio, atau yang lainnya.
Apabila dikaitkan antara media visual dan
pembelajaran maka pembelajaran itu akan menarik, efektif dan efesien apabila
menggunakan media visual sebagai sebagai media pembelajaran nya.dipilih media
visual karena kita harus ingat bahwa peserta didik khususya nak-anak terutama
siswa sekolah dasar karena mereka masih berfikir konkrit, semua yang guru
utarakan atau sampaikan harus mereka buktikan sendiri dengan mata mereka,
kemudia media visual merupakansumber belajar yang berisikan pesan atau materi
pelajaran yang di buat secara menarikdalam bentuk kombinasi gambar,teks,gerak
dan animasi yang di sesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat menarik
peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangka dan tidak
menjenuhkan.
Manfaat media visual dalam pembelajaran
sebagai berikut:
ü Media visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda tergantung dari
faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak,seperti ketersediaan
buku, kesempatan melancong,dan sebagainya.media pembelajaran dapat mengatasi
hal tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang
dipelajari.maka obyeknyalah yang di bawa ke peserta didik. Obyek yang di maksud
bisa dalam bentuk nyata, miniature,model, maupun bentuk gambar-gambaryang dapat
disajikan secara audio visual dan audial.
ü Media visual memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungannya.
ü Media visual dapat menanamkan konsep dasar,yang benar ,konkrit dan
realistiskan.
ü Media visual membangkiktan .keinginan dan minat baru
ü Media visual akan mengakibatkan perubahan efektif ,kognitif dan
psikomotorik
ü Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Dengan demikian media visual sangatlah
berperan penting dalam proses belajar mengajar.karena media visual memiliki
peran yaitu memudahkan dalam penyampaian materi kepada peserta didik .peserta
didik akan terbantu dalam memahami materi yang komplek. Pemanfaatan media
visual juga berperan bagi peserta didik.
3. Gambar diam, rekaman radio
Penggunaan media rekaman dalam pengajaran dibatasi hanya oleh
imajinasi guru dan siswa. Media rekaman dapat digunakan dalam semua fase
pengajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik
bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Penggunaan media rekaman
sangat mendukung sistem pembelajaran tuntas (mastery learning). Siswa yang
belajarnya lamban dapat memutar kembali dan mengulangi bagian-bagian yang belum
dikuasainya.
Di lain pihak, siswa yang dapat belajar dengan cepat bisa maju
terus sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya. Siswa juga dapat berlatih
mengenal kembali dan melatih pengucapan kata-kata dari bahasa asing, atau
kata-kata yang belum dikenali. Pengalaman melalui gambar visual, pengalaman dari sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi misalnya lukisan, poster, potret, dan lainnya.
Menurut Azhar langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media rekaman
adalah sebagai berikut:
a.
Mempersiapkan diri.
Guru merencanakan dan menyiapkan diri
sebelum penyajian materi. Salah satu cara mempersiapkan diri sebelumnya adalah
dengan memeriksa dan mencobakan materi itu, membuat catatan tentang hal-hal
penting yang tercakup dalam materi rekaman itu, dan menentukan apa yang akan
digunakan untuk membangkitkan minat, perhatian, dan motivasi siswa, bagian mana
yang akan menjadi bahan utama diskusi dan yang mana dijadikan penilaian
pemahaman siswa.
b.
Membangkitkan kesiapan siswa.
Siswa dituntun agar memiliki kesiapan
untuk mendengar, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan
pertanyaan-pertanyaan.
Variasi lain dalam mempersiapkan murid
untuk mendengar adalah
(1) mengidentifikasi materi judul,
peserta, atau keadaan yang terjadi pada saat produksi, (2) memberikan informasi
latar belakang yang menarik tentang program itu,
(3) membahas secara singkat bersama siswa mengenai topik dan memunculkan
beberapa pertanyaan kunci di mana
jawabannya diharapkan dapat diperoleh dari materi audio itu,
(4) membuat di papan tulis daftar kata-kata kunci atau frase kunci yang
terkandung dalam bahan rekaman itu,
(5) menjelaskan mengapa siswa harus mendengarkan materi rekaman itu,
bagaimana materi itu berkaitan dengan pengetahuan dan tugas siswa saat ini, apa
yang diharapkan siswa lakukan selama dan setelah mendengarkan materi rekaman
itu, dan bagaimana siswa diharapkan dapat memperoleh keuntungan dari materi
itu.
c. Mendengarkan materi rekaman.
Tuntun siswa untuk menjalani pengalaman mendengar dengan waktu yang tepat
atau dengan sedikit penundaan antara pengantar dan mulainya proses mendengar.
Dorong siswa untuk mendengarkan dengan tenang, pusatkan perhatian kepada materi
rekaman, mendengarkan dengan pikiran terbuka dan dengan kemauan, dan dengan
sadar menghubungkan apa yang didengar dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibahas
sebelum program ini dimulai.
c.
Diskusi (membahas) materi program rekaman.
Sebaiknya setelah selesai mendengar
program itu, diskusi dimulai secara informal dengan mengajukan pertanyaan yang
bersifat umum, seperti Bagian mana (gagasan mana) yang paling berkesan/
menonjol dari program itu?". Setelah itu, barulah pindah ke pertanyaan-pertanyaan
yang dipersiapkan, seperti Pertanyaan mana yang terjawab seluruhnya atau
sebagian?", "Apakah siswa setuju dengan pandangan yang disajikan
dalam program itu?", 'Dari sisi mana pandangan itu sama atau
berbeda?", dan lain-lain. Diskusi ini selayaknya diakhiri dengan meminta
satu atau dua orang siswa memberikan rangkuman (inti sari dan gagasan-gagasan
utama) program rekaman itu.
d.
Menindaklanjuti program.
Pada umumnya, diskusi dan evaluasi setelah
mendengarkan program mengakhiri kegiatan mendengar. Namun demikian, diharapkan
siswa akan termotivasi untuk mempelajari lebih banyak tentang pelajaran itu
dengan melakukan bacaan di perpustakaan, membaca buku teks, menonton film yang
berkaitan, atau melakukan kegiatan lain yang berkaitan dengan isi materi
program rekaman itu.
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa
program rekaman dapat pula dijadikan kegiatan di rumah. Untuk membuat kegiatan
mendengar di luar kelas atau di rumah lebih efektif dan produktif, berbagai
teknik dapat digunakan, antara lain:
ü
Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan pemilihan rekaman yang baik.
ü
Menghubungkan kegiatan mendengar di luar
kelas dengan tugas-tugas sekolah, seperti mendorong siswa untuk membuat laporan
atau diskusi berdasarkan hasil kegiatan mendengar di rumah, atau dengan memberi
rekomendasi buku-buku yang berkaitan program drama atau opera penting.
ü
mendiskusikan dan memeriksa cara di mana
kebiasaan belajar di rumah bisa ditingkatkan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi sejauh mana perkembangan
kemampuan siswa mendengar, memahami, dan menghargai materi rekaman perlu
diberikan beberapa contoh sebagai berikut:
ü
Mengukur kemampuan siswa memperoleh
informasi dan pemahaman melalui materi rekaman dengan memberikan tugas untuk
mendengar rekaman kuliah atau pidato.
ü
Ajukan pertanyaan yang menyangkut fakta
atau interpretasi berdasarkan apa yang didengar.
ü
Perdengarkan satu bagian dari rekaman
pidato atau drama yang siswa belum kenal.
ü
Tugaskan siswa untuk mengidentifikasi
berbagai unsur, seperti pembicara, jenis kesempatan, waktu, peristiwa sebelum
atau sesudahnya, dan signifikansi gagasan-gagasan yang diungkapkan.
ü
Perdengarkan seluruh atau sebagian drama,
pidato atau kuliah kemudian mintalah siswa secara kritis mengevaluasi apa yang
telah didengarnya dengan memperhatikan pendapat dan gagasan yang diungkapkan,
kualitas drama, pengucapan pembicara, penekanan dan ekspresi, panjang
pidato/kuliah, dan aspek lainnya.
ü
Dengarkan sebagian dari sajian
ceritera-masalah, tetapi hentikan sebelum akhir ceritera, kemudian mintalah
siswa memberikan akhir cerita menurut versi mereka berdasarkan aplikasi
prinsip-prinsip dan informasi yang berkaitan.
ü
Perdengarkan bagian akhir yang dramatis
saja dari ceritera yang terkenal. Mintalah siswa mengembangkan secara kreatif
unsur-unsur dasar peristiwa yang mungkin diungkapkan sebelum akhir ceritera
yang telah didengar.
Ada beberapa kelebihan
dan kekurangan alat perekam sebagai media pendidikan:
1.
Kelebihan alat perekam sebagai media pendidikan:
a.Mempunyai fungsi ganda yang efektif
sekali, untuk merekam, menampilkan rekaman dan menghapusnya. Playback dapat
segera dilakukan setelah rekaman selesai pada mesin yang sama.
b.Pita rekaman dapat diputar
berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.
c.Rekaman dapat dihapus secara otomatis
dan pitanya dapat dipakai lagi.
d.Pita rekaman dapat digunakan sesuai
jadwal yang ada. Guru dapat secara langsung mengotrolnya.
e.Program kaset dapat menyajikan
kegiatan-kegiatan/hal-hal di luar sekolah. (hasil wawancara atau
rekaman-rekaman kegiatan).
f. Program kaset bisa menimbulkan
berbagai kegiatan (diskusi, dramatis dan lain-lain).
g.Program kaset memberikan efisiensi dalam
pengajaran bahasa (laboratorium bahasa).
2.
Media rekaman mempunyai beberapa kekurangan diantaranya:
a.Daya jangkuannya terbatas. Jika radio
sekali disiarkan dapat menyiarkan pendengar yang massal di tempat-tempat yang
berbeda, program kaset hanya terbatas di tempat program disajikan saja, dan
b.Dari segi biaya pengadaannya bila untuk
sasaran yang banyak jauh lebih mahal.
4. Pengalaman
melalui video
pengalaman ini diperoleh dari pemutaran video baik itu berasal dari
televisi maupun dari media lainnya.
5. Pengalaman
melalui pameran/situs
6. Pengalaman
melalui demonstrasi
yaitu pengalaman melalui percontohan
atau pertunjukan mengenai suatu hal atau suatu proses
7. Pengalaman
melalui karyawisata
contohnya dapat mengajak pembelajar
melihat objek yang nyata di luar dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman siswa.
8. Pengalaman melalui diskusi
pengalaman
ini dapat diperoleh dengan merancang pembelajaran kelompok, sehingga antar
pembelajar dapat saling berbagi atau bertukar informasi mengenai suatu masalah.
9. Pengalaman
tiruan
pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan
yang sebenarnya.
10. Pengalaman
langsung
pengalaman ini diperoleh dengan berhubungan secara langsung dengan benda,
kejadian, atau objek yang sebenarnya. Pembelajar secara aktif bekerja untuk
memecahkan masalah.
Jika meninjau piramida pembelajaran
diatas, dapat dilihat secara garis besar, bahwa pembelajaran itu terbagi
menjadi 2, yakni aktif dan pasif. Pada pembelajaran yang pasif, membaca
memberikan andil penguasaan materi dan daya ingat sebesar membaca 10%,
mendengarkan 20%, dan melihatnya secara langsung memberikan kontribusi sebesar
30%. Namun, melihat pembelajaran aktif, dimana ketika seseorang mengatakan,
mengajarkan, memperagakan, atau berdiskusi, maka hal itu dapat memberikan
70% pemahaman dan daya ingat terhadap materi yang dikuasai, serta jika aktif
dalam melakukan/mengaplikasikan ilmu maka hal tersebut berkontribusi 90% terhadap
pemahaman dan daya ingat kita terhadap sesuatu.
Pada tingkatan kegiatan membaca (10 %), mendengar
(20%), dan melihat gambar maupun video (30%), kegiatan ini,
menganggap pembelajar sebagai partispan, sehingga tingkat daya ingat dan pemahamannya
pun akan lebih sedikit. Kemudian pada
tingkatan kegiatan adanya pameran/situs dan demonstrasi (50%) serta karyawisata
maupun diskusi (70%), pembelajar diberikan suatu kasus permasalahan,
maka dari itu pembelajar dapat aktif berfikir mengenai permasalahan tersebut.
Pada tingkatan ini masalah yang diberikan masih berupa permasalahan yang
konkrit, sehingga pembelajar masih dianggap sebagai partisipan. Selanjutnya
pada tingkatan kegiatan bersimulasi dan melakukan hal nyata
(90%), pembelajar turun langsung untuk mengamati sebuah permasalahan.
Tingkat pemahamannya pun lebih besar, dan disini pembelajar sudah bertindak
sebagai pengamat.
Selanjutnya berdasarkan sisi kanan
piramida pembelajaran Dale ini, kemampuan yang dicapai pembelajar pada
tingkatan kegiatan membaca dan mendengar adalah hanya pada mampu
mendefinisikan, menggambarkan, mendaftarkan, dan menjelaskan saja, karena pada
tingkatan ini kemampuan untuk memahami dan mengingatnya cukup rendah. Pada
tingkat kegiatan melihat gambar, menonton video, mengahdiri pameran, dan
melihat demonstrasi, kemampuan yang didapatkan adalah mampu menunjukkan,
menerapkan, dan mempraktikan, karena pada tingkat ini pembelajar mendapatkan
lebih banyak gambaran dan pengetahuan khsusunya dalam hal suatu proses. Kemudian
yang terakhir pada tinggkat diskusi, bersimulasi dan melakukan hal nyata,
kemampuan yang didapatkan merupakan kemampuan yang paling tinggi yaitu mampu
menganalisis, mampu menentukan, bahkan hingga mampu membuat , dan mengevaluasi/
menilai sesuatu, karena pada tingkat ini pembelajar pada dasarnya berperan
aktif dalam kegiatan tersebut dan mempunyai tambahan pengalaman, pengetahuan
serta wawasan yang lebih luas, sehingga memancing pengalaman belajar dengan
pemahaman dan daya ingat yang tinggi.
Dengan demikian, hal yang penting
untuk diingat bahwa bukan berarti membaca dan mendengarkan menjadi pengalaman
belajar yang tidak berharga, hanya saja ketika dapat melakukan hal yang nyata
menyebabkan pemahaman dan daya ingat yang tinggi, maka diyakini bahwa semakin
banyaknya indera yag digunakan, semakin bersar kemampuan kita untuk
memahami dan mengingat sesuatu dari pengalaman belajar tersebut.
Dari segitiga piramida
tersebut dapat terlihat bahwa proses
pembelajaran langsung lebih efektif digunakan daripada melalui pengamatan.
Dari gambar piramida tersebut diatas semakin luas kaki dari piramida tersebut
berarti semakin efektif pula proses pembelajaran yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwiradyan,Bagus. (2014). Kerucut Pengalaman ( Cone Of Eksperimen ) Edgar Dale.[Online].Tersedia:https://bagusdwiradyan.wordpress.com/2014/07/06/kerucut-pengalaman-cone-of-experience-edgar-dale/.html.
[6 desember 2016]
Komentar
Posting Komentar